Tingkatan Perawi Hadits
MAKALAH
THABAQAT
PERAWI HADITS
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, karena atas
berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “THABAQAT PERAWI
HADITS” ini. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah ULUM AL-HADITS.Dalam penulisan ini kami banyak mendapat
bantuan dan kemudahan dari semua pihak, maka pada kesempatan ini kami ingin
memberikan ucapan yang terima kasih sebesar-besarnya.
Mudah-mudahan tulisan ini dapat bermanfaat bagi kami
dan pembaca. Akhirnya dengan segala kekurangan baik dari segi materi maupun
penulisan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada para pembaca sekalian.
Kami sangat mengharapkan kritik dan saran agar penulis dapat memperbaiki segala
kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Cirebon, 28 Februari 2016
Penyusun
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Hadits merupakan salah satu sumber
ajaran Islam. Hadits menempati kedudukannya yang sangat penting setelah
Al-Quran. Hadits berbeda dengan Al-Quran yang semua ayatnya diterima secara
mutawatir. Sedangkan, hadits dalam periwayatannya sebagian dengan mutawatir dan
sebagian yang lain secara ahad.Dalam
menentukan periwayatan sebuah hadits, apakah hadits itu diriwayatkan dengan
sanad yang shahih atau tidak, tentunya sangat penting bagi kita untuk mengenal
latar belakang seorang perawi hadits.
Dalam ilmu hadits, untuk mengetahui hal tersebut
maka sepatutnya kita memahami apa itu ilmu Thabaqat. Dalam makalah ini kami
akan coba mengangkat pemahaman tentang ilmu Thabaqat yang masuk dalam
pembahasan ilmu hadits. Sehingga kita dapat mengambil hadits yang benar – benar
sahih.Karena sekarang ini banyak orang yang mengetahui hadits tapi tidak tahu
sejarah para rawi tersebut.
Oleh
karena itu para ulama melakukan penelitian terhadap keaslian hadits agar dapat
dipertanggungjawabkan. Para ulama telah banyak mengklasifikasikan cabang ilmu
hadits berdasarkan kategori tertentu. Salah satu cabang ilmu hadits yaitu
Ilmu Rijal Al-Haditsyaitu ilmu yang membahas hal ikhwal
para rawi yang didalamnya membahas tentang sejarah para rawi (tarikh)
dan para rawi berdasarkan tingkatan zamannya (thabaqat).
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian Thabaqat ?
2.
Bagaimana pembagian Thabaqat perawi
hadits ?
3.
Bagaimana sejarah para perawi hadits?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa
pengertian Thabaqat.
2. Mengetahui pembagian Thabaqat perawi
hadits.
3. Mengetahui sejarah para
perawi hadits.
THABAQAH PERAWI HADITS
Ilmu
thabaqah atau secara bahasa berarti tingkatan dari para perawi hadits adalah
sebuah ilmu untuk mengenali, menggolongkan dan mengidentifikasi seorang perawi,
apakah dia masuk ke dalam golongan sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in, ataupun
masa setelahnya. Ilmu ini dimaksudkan agar mempermudah penelitian suatu sanad
hadits, apakah memang seorang perawi berada dalam satu zaman dengan perawi
lain, meriwayatkan dari syaikhnya, masa hidupnya (termasuk tarikh lahir dan
wafatnya), atau umur perawi, sehingga dari sini akan diketahuilah ihwal perawi
tersebut, muttashilnya suatu sanad hadits, maupun cacat yang menyertainya
seperti tadlis ataupun irsal. Maka mengenali dan mempelajari ilmu ini juga
termasuk bagian dari ilmu hadits khususnya yang berhubungan dengan rijaalul
hadiits (para perawi hadits).
Dalam
buku Ulum Al-Hadits karya Dr. Badri Khaeruman, M.Ag., ada dua tingkatan perawi
hadits yaitu ahli hadits dari kalangan shahabat dan ahli hadits dari kalangan tabi’in dan taba’ut tabi’in.
Ahli hadits dari kalangan shahabat
1. Abu
Hurairah
Nama
lengkapnya adalah Abd Ar-Rahman ibn Shakhr Ad-Dausi Al-Yamani. Hadits-hadits
yang ia hafal adalah tidak kurang dari 5.3764 buah hadits, suatu jumlah
periwayatan yang paling banyak diantara shahabat Nabi. Abu Hurairah wafat pada
tahun 59 Hijriyah.
Ajjaj
Al-Khatib menjelaskan bahwa Abu Hurairah banyak meriwayatkan hadits dari Nabi
SAW dan juga dari sebagian shahabat yang lain, seperti Abu Bakar As-Shiddiq,
Umar ibn Khaththab, Al-Fadh ibn Abbas ibn Abd Al-Muthalib, Ibn Abi
Ka’ab, Usamah ibn Zaid, Aisyah Ummu Al-Mu’minin, Basrah ibn Abi Basrah, dan
Ka’ab Al-Akhbar (dari golongan tabi’in).
Sebagian shahabat yang meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah,
diantaranya yaitu: Ibn Abbas, Ibn Umar, Anas ibn Malik, Watsilah ibn Aqsa’,
Jabir ibn Abdullah Al-Anshari, dan Abu Ayub Al-Anshari. Adapun dari golongan tabi’in yaitu Basir ibn Nahik, Hasan
Al-Basri, Zaid ibn Al-Musayyab, Sulaiman ibn Yassar, Syafy ibn Mathy’, Syahar
ibn Khaosab, Amir Asy-Syu’bi, Abdullah ibn Saad, Abdullah ibn Uthbah
Al-Hadzali, Abdurrahman ibn Harmaz Al-A’raj, dan masih banyak lagi.
2. Abdullah
ibn Umar ibn Al-Khaththab ibn Nufail Al-Quraisy Al-Adawi Abu Abd Ar-Rahman
Al-Makki
Ia
menerima riwayat dari Nabi SAW., dari ayahnya, pamannya, Zaid dan saudara
perempuannya, Hafshah, istri Rasulullah SAW., Abu Bakar, Utsman ibn Affan, Ali,
Sa’id, Bilal, Zaid ibn Tsabit, Shuhaib, Ibn Mas’ud, Aisyah, Rafi’ ibn Khadij,
dan lainnya.
Orang
yang menerima riayat darinya antara lain anaknya, Bilal, Zaid, Hamzah, Salim, Abdullah,
Ubaidillah, Umar, dan cucu dari anak laki-lakinya, Abu Bakar ibn Ubaidillah,
dan masih banyak lagi.Ia meriwayatkan hadits hampir menyamai jumlah riwayat Abu
Hurairah, yaitu sebanyak 2.630 hadits.
3. Anas
ibn Malik
Nama lengkapnya
yaitu Anas ibn Malik ibn Nazhar Al-Anshari Al-Khazraji dan menerima sebanyak
2.286 buah hadits. Ia meninggal pada tahun 92 atau 93 atau 100 H.Ia menerima
hadits dari Nabi SAW., Abu Bakar, Umar, Utsman, Abdullah ibn Ruwahah, Fatimah
Az-Zahra, dan masih banyak lagi.
3
4. Aisyah
Aisyah
binti Abi Bakar Ash-Shiddiq banyak meriwayatkan hadits dari Nabi SAW., dan
banyak pula para shahabat yang menerima riwayat darinya seperti Umar ibn
Al-Khaththab, ataupun dari kalangan para tabi’inyang
tidak terhitung jumlahnya. Ia meriwayatkan hadits mencapai jumlah 2.210 hadits,
dan Ia meninggal tahun 57 H/58 H.
5. Abdullah ibn Abbas ibn Abd Al-
Muthalib Al- Madani Ath-Thaifi Al-Hasyimi
Ia
menerima hadits dari Nabi SAW., dari ayahnya dan ibunya, Ummu Al-Fadhi,
saudaranya, Al-Fadhi, bibinya, maemunah, Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Abd
Ar-Rahman ibn ‘Auf Mu’adz ibn Jabal, Abi Dzar, Ubay ibn Ka’ab, dan masih banyak
lagi.
Orang-orang
yang menerima riwayat darinya adalah anaknya, Ali dan Muhammad, cucunya,
Muhammad ibn Ali, saudaranya, Katsir ibn Abbas, anak saudaranya, Abdullah ibn
Ubaidillah ibn Abbas, anak saudaranya yang lain, Abdullah ibn Ma’bad ibn Abbas.
Dan dari kelompok shahabat yaitu Abdullah ibn Umar ibn Al-Khaththab, Tsa’labah
ibn Hakam, Al-Laitsi, Al-Miswar ibn Mahramah, Abu Thufail, dan sebagainya.
Abu Nu’aim berkata bahwa Abdullah
ibn Abbas meninggal pada tahun 70 H. Shubhi Ash-Shalih mencatat hadits yang
diriwayatkan Ibn Abbas berjumlah 1.660 hadits. An-Nasa’i menyebutkan sanadnya
yang paling shahih adalah yang terdapat dalam hadits yang diriwayatkan Az-Zubri
dari Ubaidillah ibn Abdullah ibn ‘Atabal dari Ibn Abbas.
6. Jabir ibn Abdullah Al-Anshari
Nama
lengkapnya Jabir ibn Abdullah ibn Amr ibn Haram Al-Anshari, Al-Massalami,
haditsnya mencapai jumlah 1.540 buah. Sanad yang paling tinggi yang diterima
darinya adalah yang diriwayatkan oleh
penduduk Mekkah dari jalan Sufyan ibn Uyainah dari Amar ibn Dinar darinya. Ia
menerima riwayat dari Nabi SAW., Abu Bakar, Umar, Ali, Abu Ubaidah, Thalhah,
Mu’az ibn Jabal, Ammar ibn Yasar, Khalid ibn Al-Walid, dan masih banyak lagi.
Orang-orang
yang menerima riwayat darinya adalah anak-anaknya, Abd Ar-Rahman, Uqail,
Muhammad, Sa’id ibn Al-Musayyab, Mahmud ibn Lubaid, Abu Az-Zubair, Amr ibn
Dinar, dan banyak lagi. Abu Nu’aim berkata bahwa Ia meninggal dalam usia 94
tahun.
7. Abu Sa’id Al-Khudri
Nama
lengkapnya adalah Sa’ad ibn Malik ibn Sinnan ibn Ubaid ibn Tsa’labah ibn ‘Ubaid
ibn Al-Ahyar. Ia menerima hadits dari Nabi SAW., ayahnya, saudara ibunya,
Qatadah ibn Nu’man, Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Zaid ibn Tsabit, Abu Qatadah
Al- Anshari, Abdullah ibn Salam, dan banyak lagi. Orang-orang yang menerima
riwayat darinya adalah anaknya, Abd Ar-Rahman, istrinya, yaitu Zaenab binti
Ka’ab ibn ‘Ajrah, Ibn Abbas, Ibn Umar, Jabir, Zaid ibn Tsabit, dan masih banyak
lagi. Al-Waqidi, Ibn Numeir, Ibn Bakir berkata bahwa Ia meninggal pada tahun 74
H. Shubhi Ash-Shalih menyebutkan jumlah hadits yang diriwayatkannya sebanyak
1.170 hadits.
Ahli hadits dari kalangan Attaba’ut
Tabi’in
1.
Khalifah
Umar ibn Abd Al-Aziz
Nama lengkapnya ialah Umar ibn Abd Al-Aziz ibn Marwan ibn Al-Hakam Al-Imam Amir Al-Mu’minin Abu Hafs Al-Amawi
Al-Quraisy. Ia menerima hadits dari Abdullah ibn Ja’far, Anas ibn Malik, Abu
Bakar ibn Abd Ar-Rahman, Said ibn Musayyab, Ubaidillah ibn Atabah, dan lainnya.
Adapun yang meriwayatkan hadits darinya yaitu anaknya, Abdullah dan Abd
Al-Aziz, Az-Zuhri, Ayub, Humaid, Ibrahim ibn Abi Abalah, Abu Bakar ibn Ham, Abu
Salamah ibn Abd Ar-Rahman, dan keduanya merangkap menjadi gurunya. Ia meninggal
pada tahun 101 Hijriyah dalam usia 40 tahun lebih enam bulan.
2.
Amarah
binti Abd Ar-Rahman ibn Sa’ad ibn Zararah Al-Anshariyah Al-Madaniyah
Amarah adalah anak asuh Aisyah, Ia
banyak meerima riwayat dari Aisyah. Orang-orang yang menerima hadits darinya
yaitu anaknya, Abu Ar-Rajal, saudaranya, Muhammad ibn Abd Ar-Rahman, ucu
laki-laki dari anak laki-lakinya, dan masih banyak pula shahabat yang lainnya.
Menurut Abu Hasan Al-Zayadi bahwa ia dikatakan meninggal pada tahun 98 atau 106
Hijriyah.
3.
Abd
Ar-Rahman ibn Al-Qasim
Nama lengkapnya adalah Abd Ar-Rahman
ibn Al-Qasim ibn Muhammad ibn Abi Bakar Ash-Shiddiq At-Taimi Abu Muhammad
Al-Madini. Ia menerima hadits dari ayahnya, Ibn Al-Musayyab Abdullah ibn
Abdullah ibn Umar, Salim ibn Abdullah ibn Umar, dan lainnya.
Orang yang menerima riwayat darinya
adalah Sammak ibn Harb, Az-Zuhri, Ubaidillah ibn Umar, Ibn ‘Ajlan, Hisyam ibn
‘Urwah, dan lainnya. Al-Hutsaim ibn ‘Adi dan Ibn Qani’ menyebutkan bahwa ia meninggal
pada tahun 31 H.
4.
Muhammad
ibn Muslim ibn Ubaidillah ibn Abdullah ibn Syihab ibn Abdullah ibn Al-Harits
ibn Zahrah ibn Kilab ibn Marrah Al-Quraisy Az-Zuhri Al-Faqih Abu Bakar
Al-Hafizh Al-Madani
Ia dikenal dengan nama Az-Zuhri. Ia
menerima riwayat dari Abdullah ibn Umar ibn Al-Khaththab, Abdullah ibn Ja’far,
Rubai’ah ibn’Ubbad, Al-Musawwar ibn Mahramah, dan banyak lagi. Orang-orang yang
menerima riwayat darinya adalah ‘Atha ibn Abi Rabbah, Abu Zubair Al-Makki, Umar
ibn Abd Al-Aziz, Amr ibn Dinar, dan lainnya.
Al-Bukhari dan Ali ibn Al-Madini
berkata bahwa ia memiliki hadits sebanyak 2.000 hadits. An-Nasa’I berkata bahwa
sanad-sanad yang paling bagus yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW ada empat,
(1) Az-Zuhri dari Ali ibn Al-Husain dari ayahnya dan kakeknya; (2) Az-Zuhri
dari ‘Ubaidillah dan Ibn Abbas; (3) Ayyub dari Muhammad dari ‘Ubaidah dari’Ali;
(4) Manshur dari Ibrahim dari Al- Qamah dari Abdullah. Ibn Yunus berkata bahwa
ia meninggal pada tahun 125 H.
5.
Abu
Bakar ibn Muhammad ibn Amr ibn Hazm Al-Anshari Al-Khazraji An-Najjari Al-Madani
Al-Qadha
Ia menerima riwayat dari ayahnya,
bibinya, Amrah binti Abd Ar-Rahman, Abi Hayyah Al-Badri dan Khalidah binti
Anas. Orang-orang yang menerima riwayat darinya adalah anaknya, Abdullah,
Muhammad, anak pamannya Muhammad ibn Amrah ibn Amr ibn Hazm, Az-Zuhri,
Yahya ibn Said Al-Anshari, dan
lainnya. Umar ibn Abdullah At-Tamimi berkata bahwa ia meninggal pada tahun 110
H.
Penulis kitab-kitab hadits terkenal
1. Imam Malik bin Anas
2. Ahmad ibn Hanbal
3. Al-Bukhari
4. Muslim
5. Abu Dawud
6. At-Tirmidzi
7. An-Nasa’i
8. Ibn Majah
9. Imam Ad-Darimi
Pengembang ilmu hadits
1. Al-Imam Al-Hafizh Al-Bari Abu
Muhammad Al-Hasan ibn Abd Ar-Rahman ibn Khallad Al-Farisy Ar-Ramahurmuzi
2. Al-Imam Al-Hafizh Syaikh Al-Islam
Asy-Syihab Ad-Din Ahmad ibn Ali ibn Hajar Al-Asqalani
3. Ibn Ash-Shalhah
4. As-Suyuthi
5. Al-Nawawi
Berikut ini 12 thabaqat yang dikutip dari kitab Thabaqat
al-Muktsirin min Riwayah al-Hadits karya Syaikh ‘Adil ibn ‘Abdisy Syakur
az-Zuraqi.
Thabaqat
Pertama (Shahabat)
Thabaqat
pertama adalah kalangan shahabat, dengan perbedaan kualitas di antara mereka.
Thabaqat Kedua (Kibarut Tabi’in)
Thabaqat
kedua adalah generasi tabi’in senior.
Thabaqat Ketiga (Wustho minat Tabi’in)
Thabaqat
ketiga adalah generasi pertengahan dari tabi’in.
Thabaqat Keempat (Jullu Riwayatihim ‘an Kibarit Tabi’in)
Thabaqat
keempat adalah thabaqat yang banyak meriwayatkan hadits dari kibarut tabi’in.
Thabaqat Kelima (Shughro minat Tabi’in)
Thabaqat
kelima adalah generasi tabi’in junior, yaitu yang melihat 1 atau 2 orang
shahabat, tapi tidak pernah mendengar riwayat hadits dari mereka.
Thabaqat Keenam (‘Aasharul Khamisah)
Thabaqat
keenam adalah orang-orang yang hidup sezaman dengan perawi thabaqat kelimat
(tabi’in junior), namun tidak pernah bertemu dengan shahabat.
Thabaqat Ketujuh (Kibaru Atba’it Tabi’in)
Thabaqat
ketujuh generasi seniornya para pengikut tabi’in (atba’ut tabi’in).
Thabaqat Kedelapan (Wustho min Atba’it Tabi’in)
Thabaqat
kedelapan adalah generasi pertengahan dari para pengikut tabi’in.
Thabaqat Kesembilan (Shughro min Atba’it Tabi’in)
Thabaqat
kesembilan adalah generasi junior dari para pengikut tabi’in.
Thabaqat Kesepuluh (Kibarul Akhidzin ‘an Taba’il Atba’)
Thabaqat
kesepuluh adalah thabaqat seniornya orang-orang yang mengambil hadits dari
taba’ al-atba’, dan mereka tidak bertemu tabi’in.
Thabaqat Kesebelas (Wustho minal Akhidzin ‘an Taba’il Atba’)
Thabaqat
kesebelas adalah thabaqat pertengahan dari orang-orang yang mengambil hadits dari
taba’ al-atba’.
Thabaqat Kedua Belas (Shigharul Akhidzin ‘an Taba’il Atba’)
Thabaqat
kedua belas adalah orang-orang yang mengambil hadits dari taba’ al-atba’,
sekaligus thabaqat terakhir dari periwayat hadits menurut al-Hafizh Ibn Hajar.
Nama-nama
shahabat yang banyak meriwayatkan hadits atau yang paling masyhur dan para tabi’in serta taba’ut tabi’inyang juga meriwayatkan hadits di antaranya adalah:
Thabaqat
Pertama (Shahabat)
1.
Abu Bakr ash-Shiddiq (w. 13 H)
2.
‘Umar ibn al-Khaththab (w. 23 H)
3.
‘Utsman ibn ‘Affan (w. 35 H)
4.
‘Ali ibn Abi Thalib (w. 40 H)
5.
Anas ibn Malik (w. 93 H)
6.
Al-Bara ibn ‘Azib (w. 72 H)
7.
Jabir ibn ‘Abdillah (w. 78 H)
8.
Abu Sa’id al-Khudri (w. 74 H)
9.
‘Abdullah ibn ‘Abbas (w. 68 H)
10. ‘Abdullah ibn ‘Umar (w. 73 H)
11. ‘Abdullah ibn ‘Amr ibn al-’Ash (w.
63 H)
12. Abu Musa al-Asy’ari (w. 50 H)
13. ‘Abdullah ibn Mas’ud (w. 32 H)
14. Abu Hurairah (w. 57 H)
15. ‘Aisyah Ummul Mu’minin (w. 57 H)
16. Ummu Salamah Ummul Mu’minin (w. 62
H)
Thabaqat Kedua (Kibarut Tabi’in)
1.
Al-Aswad ibn Yazid an-Nakha’i (w. 74
H)
2.
Sa’id ibn al-Musayyib (w. 94 H)
3.
Abu Wail al-Kufi (w. 82 H)
4.
’Abdurrahman ibn Abi Laila (w. 83 H)
5.
‘Atha ibn Yasar (w. 94 H)
6.
‘Alqamah (w. 61 H)
7.
Masruq (w. 63 H)
Thabaqat Ketiga (Wustho minat Tabi’in)
1.
Hasan al-Bashri (w. 110 H)
2.
Dzakwan al-Madani (w. 101 H)
3.
Zaid ibn Aslam (w. 136 H)
4.
Salim ibn ‘Abdillah ibn ‘Umar (w.
106 H)
5.
Sa’id ibn Jubair (w. 95 H)
6.
Sa’id ibn Abi Sa’id Kaisan (w. 120
H)
7.
Syu’aib ibn Muhammad (w. ?)
8.
Thawus ibn Kaisan (w. 106 H)
9.
Asy-Sya’bi (w. 109 H)
10. ‘Abdullah ibn Buraidah (w. 115 H)
11. Abu Qilabah al-Bashri (w. 104 H)
12. ‘Abdullah ibn ‘Ubaidillah ibn Abi
Mulaikah (w. 117 H)
13. ‘Abdurrahman ibn Hurmuz al-A’raj (w.
117 H)
14. ‘Ubaidullah ibn ‘Abdillah ibn ‘Utbah
(w. 94 H)‘Urwah ibn Zubair (w. 94 H)
16. ‘Atha ibn Abi Rabah (w. 114 H)
17. ‘Ikrimah (w. 104 H)
18. ‘Amr ibn ‘Abdillah ibn ‘Ubaid (w.
129 H)
19. Al-Qasim ibn Muhammad ibn Abi Bakr
(w. 106 H)
20. Mujahid ibn Jabr (w. Setelah 100 H)
21. Muhammad ibn Sirin (w. 110 H)
22. Muhammad ibn al-Munkadir (w. 130 H)
23. Nafi’ (w. 117 H)
24. Abu Burdah ibn Abi Musa al-Asy’ari
(w. 104 H)
25. Abu Salamah ibn ‘Abdirrahman ibn
‘Auf (w. 94 H)
26. ‘Amrah bintu ‘Abdirrahman ibn Sa’d
(w. Sebelum 100 H)
Thabaqat Keempat (Jullu Riwayatihim ‘an Kibarit Tabi’in)
1.
Ismail ibn Abi Khalid (w. 146 H)
2.
Tsabit ibn Aslam (w. 127 H)
3.
Sulaiman ibn Tharkhan at-Taimi (w.
143 H)
4.
Simak ibn Harb (w. 123 H)
5.
Shalih ibn Kaisan al-Madani (w.
Setelah 130 H)
6.
‘Ashim ibn Sulaiman al-Ahwal (w.
Setelah 140 H)
7.
‘Abdullah ibn Dinar (w. 127 H)
8.
‘Amr ibn Dinar (w. 126 H)
9.
Qatadah (w. 117 H)
10. Muhammad ibn Muslim ibn Tadrus (w.
126 H)
11. Ibn Syihab az-Zuhri (w. 125 H)
12. Hammam ibn Munabbih (w. 132 H)
Thabaqat Kelima (Shughro minat Tabi’in)
1.
Ibrahim an-Nakha’i (w. 96 H)
2.
Ayyub ibn Abi Taimiyyah (w. 131 H)
3.
Al-Hakam ibn ‘Utaibah (w. 113 H)
4.
Humaid ibn Abi Humaid (w. 142 H)
5.
Khalid ibn Mihran (w. 141 H)
6.
Salamah ibn Dinar (w. 140 H)
7.
Al-A’Masy (w. 147 H)
8.
Abu az-Zinad (w. 130 H)
9.
‘Ubaidullah ibn ‘Umar al-’Umari (w.
147 H)
10. ‘Amr ibn Murrah (w. 116 H)
11. Muhammad ibn Ishaq (w. 150 H)
12. Muhammad ibn ‘Ajlan (w. 148 H)
13. Manshur ibn al-Mu’tamir (w. 132 H)
14. Musa ibn ‘Uqbah (w. 141 H)
15. Hisyam ibn ‘Urwah ibn Zubair (w. 145
H)
16. Yahya ibn Sa’id (w. 144 H)
17. Yahya ibn Abi Katsir (w. 132 H)
18. Yazid ibn Abi Habib (w. 128 H)
19. ‘Amr ibn Syu’aib (w. 118 H)
Thabaqat Keenam (‘Aasharul Khamisah)
1.
Jarir ibn Hazim (w. 170 H)
2.
Sa’id ibn Abi ‘Arubah (w. 156 H)
3.
Suhail ibn Abi Shalih (w. 138 H)
4.
‘Abdullah ibn ‘Aun ibn Arthaban (w.
150 H)
5.
Ibn Juraij (w. 150 H)
6.
‘Uqail ibn Khalid (w. 144 H)
7.
Muhammad ibn ‘Amr ibn ‘Alqamah (w.
145 H)
8.
Hisyam ibn Hissan al-Azdi (w. 147 H)
Thabaqat Ketujuh (Kibaru Atba’it Tabi’in)
1.
Israil ibn Yunus (w. 160 H)
2.
Zaidah ibn Qudamah (w. 161 H)
3.
Zuhair ibn Mu’awiyah ibn Hudaij (w.
172 H)
4.
Sufyan ats-Tsauri (w. 161 H)
5.
Salam ibn Sulaim (w. 179 H)
6.
Syu’bah ibn al-Hajjaj (w. 160 H)
7.
Syu’aib ibn Abi Hamzah (w. 162 H)
8.
Syaiban ibn ‘Abdirrahman (w. 164 H)
9.
‘Abdullah ibn Lahi’ah (w. 174 H)
10. Al-Auza’i (w. 157 H)
11. ‘Amr ibn al-Harits (w. Sebelum 150
H)
12. Al-Laits ibn Sa’d (w. 175 H)
13. Malik ibn Anas (w. 179 H)
14. Muhammad ibn ‘Abdirrahman (w. 158 H)
15. Mis’ar ibn Kidam (w. 153 H)
16. Ma’mar ibn Rasyid (w. 154 H)
17. Hisyam ibn Abi ‘Abdillah Sanbar (w.
154 H)
18. Husyaim ibn Basyir (w. 183 H)
19. Hammam ibn Yahya (w. 164 H)
20. Abu ‘Awanah (w. 175 H)
21. Wuhaib ibn Khalid (w. 165 H)
22. Yunus ibn Yazid (w. 159 H)
Thabaqat Kedelapan (Wustho min Atba’it Tabi’in)
1.
Ibrahim ibn Sa’d (w. 185 H)
2.
Ibn ‘Ulayyah (w. 193 H)
3.
Isma’il ibn Ja’far (w. 180 H)
4.
Jarir ibn ‘Abdil Hamid (w. 188 H)
5.
Hafsh ibn Ghiyats (w. 194 H)
6.
Hammad ibn Zaid (w. 179 H)
7.
Hammad ibn Salamah (w. 167 H)
8.
Khalid ibn al-Harits (w. 186 H)
9.
Khalid ibn ‘Abdillah (w. 182 H)
10. Sufyan ibn ‘Uyainah (w. 198 H)
11. Sulaiman ibn Bilal (w. 172 H)
12. Syarik ibn ‘Abdillah (w. 177 H)
13. ‘Abdullah ibn Idris (w. 192 H)
14. ‘Abdullah ibn al-Mubarak (w. 181 H)
15. ‘Abdul ‘Aziz ibn Muhammad (w. 186 H)
16. ‘Abdul Warits ibn Sa’id (w. 180 H)
17. ‘Abdul Wahhab ibn ‘Abdil Majid (w.
194 H)
18. ‘Abdah ibn Sulaiman (w. 187 H)
19. ‘Ali ibn Mushir (w. 189 H)
20. ‘Isa ibn Yunus (w. 187 H)
21. Al-Walid ibn Muslim (w. 194 H)
22. Yazid ibn Zurai’ (w. 182 H)
Thabaqat Kesembilan (Shughro min Atba’it Tabi’in)
1.
Adam ibn Abi Iyas (w. 220 H)
2.
Bahz ibn Asad (w. Setelah 200 H)
3.
Hajjaj ibn Muhammad (w. 206 H)
4.
Hammad ibn Usamah (w. 201 H)
5.
Rauh ibn ‘Ubadah (w. 205 H)
6.
Sulaiman ibn Harb (w. 224 H)
7.
Abu Dawud ath-Thayalisi (w. 204 H)
8.
adh-Dhahhak ibn Mukhallad (w. 212 H)
9.
‘Abdullah ibn Maslamah (w. 221 H)
10. ‘Abdullah ibn Numair (w. 199 H)
11. ‘Abdullah ibn Wahb (w. 197 H)
12. ‘Abdurrahman ibn Mahdi (w. 198 H)
13. ‘Abdurrazzaq ibn Hammam (w. 211 H)
14. ‘Abdush Shamad ibn ‘Abdil Warits (w.
207 H)
15. ‘Ubaidullah ibn Musa (w. 213 H)
16. ‘Ali ibn Hujr (w. 244 H)
17. Abu Nu’aim al-Mulai (w. 218 H)
18. Muhammad ibn Idris asy-Syafi’i (w.
204 H)
19. Muhammad ibn Ja’far al-Hudzali (w.
193 H)
20. Muhammad ibn Khazim (w. 195 H)
21. Muhammad ibn Fudhail (w. 195 H)
22. Muhammad ibn Yusuf (w. 212 H)
23. Muslim ibn Ibrahim (w. 222 H)
24. Mu’adz ibn Mu’adz (w. 196 H)
25. Mu’tamir ibn Sulaiman (w. 187 H)
26. Muhammad ibn Isma’il al-Minqari (w.
223 H)
27. Hisyam ibn ‘Abdil Malik (w. 227 H)
28. Waki’ ibn al-Jarrah (w. 196 H)
29. Yahya ibn Adam (w. 203 H)
30. Yahya ibn Sa’id (w. 198 H)
31. Yazid ibn Harun (w. 206 H)
32. Ya’qub ibn Ibrahim (w. 208 H)
Thabaqat Kesepuluh (Kibarul Akhidzin ‘an Taba’il Atba’)
1.
Ahmad ibn Hanbal (w. 241 H)
2.
Ahmad ibn Mani’ (w. 244 H)
3.
Ibn Rahuyah al-Marwazi (w. 237 H)
4.
Ibn Abi Uwais al-Madani (w. 226 H)
5.
Abul Yaman al-Himshi (w. 222 H)
6.
Zuhair ibn Harb (w. 234 H)
7.
Abu Bakr ibn Abi Syaibah (w. 235 H)
8.
‘Abdullah ibn Yusuf at-Tinnisi (w.
218 H)
9.
Abul Hasan ibn Abi Syaibah (w. 239
H)
10. ‘Affan ibn Muslim (w. 220 H)
11. Ibn al-Madini (w. 234 H)
12. ‘Amr ibn ‘Ali ash-Shairafi (w. 249
H)
13. Qutaibah ibn Sa’id (w. 240 H)
14. Muhammad ibn Basysyar (w. 252 H)
15. Muhammad ibn Rumh (w. 242 H)
16. Muhammad ibn ‘Abdillah al-Kharifi(w.
234 H)
17. Abu Kuraib (w. 248 H)
18. Muhammad ibn Katsir (w. 223 H)
19. Muhammad ibn al-Mutsanna (w. 252 H)
20. Muhammad ibn Yahya al-’Adani (w. 243
H)
21. Mahmud ibn Ghailan (w. 239 H)
22. Musaddad ibn Musarhad (w. 228 H)
23. Nashr ibn ‘Ali (w. 250 H)
24. Hannad ibn as-Sari (w. 243 H)
25. Yahya ibn ‘Abdillah ibn Bukair (w.
231 H)
26. Yahya ibn Ma’in (w. 233 H)
27. Yahya ibn Yahya ibn Bukair (w. 226
H)
28. Ya’qub ibn Ibrahim (w. 252 H)
Thabaqat Kesebelas (Wustho minal Akhidzin ‘an Taba’il Atba’)
1.
Ishaq ibn Manshur (w. 251 H)
2.
Abu Dawud as-Sijistani (w. 275 H)
3.
Muhammad ibn Isma’il al-Bukhari (w.
256 H)
4.
Muhammad ibn Rafi’ al-Qusyairi (w. 245
H)
5.
Muhammad ibn Yahya an-Naisaburi (w.
258 H)
6.
Muslim ibn al-Hajjaj an-Naisaburi
(w. 261 H)
Thabaqat Kedua Belas (Shigharul Akhidzin ‘an Taba’il Atba’)
1. Ahmad ibn Syu’aib an-Nasai (w. 303
H)
2. Muhammad ibn ‘Isa at-Tirmidzi (w.
279 H)
3. Ibn Majah al-Qazwaini (w. 273 H)
DAFTAR
PUSTAKA
Buku:
Khaeruman, Badri. 2010. Ulum Al-Hadis. Bandung: Pustaka Setia
Websites:
Salam saya minat nak baca lebih lagi biodata perawi hadis setiap tabaqat zaman
BalasHapus